Rabu, 10 Juni 2009

SEJARAH NIRKABEL

Sejarah Koneksi Nirkabel


Di era globalisasi seperti sekarang ini tampaknya produsen device digital tidak tinggal diam menghadapi permintaan konsumen yang menginginkan perpindahan data yang mudah. Dengan permasalahan ini, muncullah device-device dengan alat interkoneksi wireless yang terintegrasi. Dengan tersedianya interkoneksi wireless, perpindahan data menjadi semudah mempertemukan kedua alat tersebut tanpa adanya kontak fisik ataupun alat bantuan lainnya.

Infrared:

Pertama dan paling memasyarakatInfrared sudah cukup umum tersedia pada alat-alat pengendali yang beredar di pasaran. Remote control pada televise contohnya, sudah menggunakan interkoneksi infrared (infra merah) untuk waktu yang cukup lama. Infrared pada remote control tersebut memiliki prinsip kerja yang sangat sederhana. Prosesor kecil pada remote control tersebut menerjemahkan penekanan tombol menjadi instruksi bahasa mesin (data biner) yang dikirimkan melalui infrared ke pesawat televisi. Kemudian data ini diterjemahkan kembali menjadi instruksi yang dimengerti pesawat televisi.
Infrared sebagai sebuah medium penghantar data, juga memiliki badan yang mengaturnya. Sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh konsorsium Infrared Data Association (IrDA), sinar infrared dari Light Emitting Diode (LED) memiliki panjang gelombang sekitar 875 nm. Hingga kini memiliki dua versi yaitu Versi 1.0 dan 1.1
Standar dari IrDA adalah kedua versi dari infrared hanya terletak pada jumlah data yang dapat ditransfer dalam satu paket. Versi 1.0 dari infrared memiliki kecepatan dari 2,4 hingga 115,2 Kbps. Sementara versi 2.0 memiliki kecepatan dari 0,576 hingga 1,152 Mbps. Infrared memiliki dua kecepatan karena struktur pengiriman data pada interkoneksi ini cukup unik. Untuk menghindari terjadinya perpindahan data apabila koneksi sudah putus dan semacamnya, maka pertama kali protokol infrared akan mengirimkan “sinyal tes” dengan kecepatan sinyal yang rendah. Dengan tes ini, bila kondisi sudah sesuai, maka kecepatan penuh digunakan dalam transfer data. Hal ini tentu berpengaruh pada penghematan daya.
Proses koneksi infrared bekerja dengan cara yang sangat sederhana. Ketika terjadi pertemuan di antara dua buah device dengan interkoneksi tersebut, maka akan terjadi sebuah pengenalan secara anonim diantara kedua device tersebut. Pengenalan ini kemudian berlanjut ke arah yang lebih dalam lagi di mana kedua device tersebut meyetujui untuk memberi “nama sementara” pada masing-masing device sehingga protokol infrared mengenali kedua belah pihak dan melakukan transfer data atau untuk sekedar mempertahankan koneksi hingga perintah terakhir dijalankan. Tentunya hal ini memudahkan koneksi untuk device dengan interkoneksi infrared karena tidak diperlukannya proses pairing yang merepotkan.
Infrared menggunakan teknik pemancaran gelombang pulse modulation. Teknik ini digunakan atas dasar bahwa infrared tidak menggunakan banyak daya sehingga sinyal cenderung lemah.
Kurang dioptimalkanMeskipun murah dan mudah digunakan, interkoneksi ini juga memiliki beberapa kekurangan. Dikarenakan infrared menggunakan sinyal terarah dan bias sinyal yang didefinisikan IrDA adalah 30 derajat maksimum, maka device dengan interkoneksi ini harus “bertatap muka” pada jarak yang dekat. Tentunya bila tidak tersedia tempat yang datar untuk terjadinya kontak fisik tersebut, maka hal ini akan menjadi kendala besar bila Anda berniat untuk memindahkan data dalam jumlah yang sangat besar.
Kekurangan terutama terletak pada alat-alat yang mendukung interkoneksi ini. Infrared adalah teknologi yang cukup tua. Rancangan awalnya mendikte bahwa perpindahan data terbatas pada kecepatan 115.2 Kbps. Kecepatan ini sering disebut sebagai kecepatan koneksi Serial. Pengembangan lebih lanjut dapat terjadi apabila Bluetooth tidak datang dan menawarkan interkoneksi baru yang tidak memerlukan kedua device harus bertatap muka.


Bluetooth:
Interkoneksi tanpa kendalaPada tahun 1994, di kota Lund Swedia, Ericsson mempelopori interkoneksi wireless yang lebih canggih dibandingkan dengan solusi infrared pada waktu itu. Teknologi yang diberi nama Bluetooth ini kemudian dikembangkan secara bersamasama dalam sebuah konsorsium yaitu Bluetooth Special Interest Group (SIG). Dengan Bluetooth, perpindahan data antara device tidak lagi harus tertahan pada bidang datar saja. Dengan Bluetooth juga, masalah jarak pada infrared dapat dengan mudah dipecahkan karena cakupan jarak interkoneksi Bluetooth yang dapat mencapai sepuluh meter.
Untuk menghindari terjadinya sambungan silang dengan device lain pada frekuensi yang sama, Bluetooth bekerja dengan cara spread spectrum frequency hopping (SSFH). Frequency hopping adalah istilah yang menjabarkan bahwa selama Bluetooth aktif, maka device tersebut akan selalu berpindah frekuensi dalam rentang 2,42-2,48 Gigahertz sebanyak 1.600 kali per detik. Untuk membantu menghindari terjadinya sambungan silang, sinyal yang digunakan oleh Bluetooth hanya sebesar 1 miliwatt.
Selain itu, ada masalah kedua yang membuat koneksi antara device dengan interkoneksi Bluetooth tidak mungkin atau minim terkena pengaruh sambungan silang. Ketika device dengan interkoneksi ini telah melakukan pairing, maka kedua device tersebut beroperasi dalam rentang frekuensi yang bersama dan juga melakukan perpindahan pada saat yang sama juga. Istilah pairing dalam Bluetooth ini juga sering disebut dengan Personal Area Network (PAN).
Bluetooth memiliki kecepatan koneksi teoritis sebesar 1 Mbps. Akan tetapi, 20% dari total kecepatan digunakan untuk mengirimkan data CRC, sehingga kecepatan efektif interkoneksi ini sebesar 721Kbps. Kecepatan yang disebutkan di atas adalah dari spesifikasi Bluetooth 1.1, sedangkan spesifikasi Bluetooth 1.0 mem punyai kecepatan sekitar 420 Kbps. Akan tetapi, versi 1.0 sudah sangat jarang ditemui pada produk di pasaran.
Bluetooth 1.2 yang akan segera dikeluarkan memiliki perubahan yang sangat mendasar. Penyertaan Adaptive Frequency Hopping semakin memperkecil kemungkinan terjadinya sambungan silang dengan device yang menggunakan frekuensi serupa. Tentunya dengan semakin memperbaiki kualitas transfer sinyal dengan AFH, jarak dan bandwidth secara teoritis dapat ditingkatkan lagi.
Solusi baik meskipun tidak sempurnaBluetooth mengkonsumsi daya yang cukupbesar. Meskipun hanya mengirimkan sinyal sebesar 1 miliwatt, tetapi karena refresh rate yang tinggi (frequency hopping sebanyak 1.600 kali) tentunya membutuhkan daya kumulatif yang relatif besar.
Kekurangan Bluetooth terletak pada caranya mengurus data. Secara teoritis, PAN dapat dikembangkan untuk mendukung hingga maksimal tujuh koneksi. Akan tetapi, manajemen bandwidth data pada Bluetooth hanya mengizinkan akses data terjadi pada tingkat individu saja atau terjadi hanya pada dua device sementara yang lain harus menunggu.


Wi-Fi:
Interkoneksi canggih masa depan?Meskipun Bluetooth menyajikan solusi yang hampir mendekati kesempurnaan, masih ada satu lagi interkoneksi wireless yang tampaknya hadir untuk mengacaukan kegemilangan Bluetooth.
Wireless Fidelity (Wi-Fi) pada awalnya adalah sebuah teknologi interkoneksi wireless yang diperuntukkan untuk menghilangkan kabel pada jaringan dalam ruangan. Namun, dengan semakin majunya teknologi dan efisiensi produksi, transmitter sinyal dan mekanisme pendukung Wi-Fi dapat dimasukkan ke dalam device dengan ukuran yang kecil.
Wi-Fi bekerja serupa dengan Bluetooth dalam hal bahwa keduanya menggunakan sinyal radio pada rentang frekuensi 2.4 Gigahertz. Namun, Bluetooth menggunakan spread spectrum frequency hopping, sedangkan Wi-Fi menggunakan direct sequence spread spectrum (DSSS). DSSS bertolak belakang dengan SSFH dalam hal penggunaan frekuensi radio. Dimana SSFH berpindah frekuensi dengan sangat cepat dalam membawa data, sedangkan DSSS hanya menggunakan beberapa rentang frekuensi saja dan secara bersamaan juga mengirimkan data pada rentang frekuensi tersebut. Ini berarti data yang dikirimkan dengan Wi-Fi menjadi lebih stabil dan tentunya menjadi lebih cepat karena kestabilan frekuensi yang digunakan, tidak seperti Bluetooth.
Wi-Fi bekerja dengan sistem access point yang membuatnya memiliki sifat yang pasif. Meskipun begitu, setiap modul Wi-Fi yang ada, dibuat untuk mengirimkan sinyal dan menerima sinyal, Hal inilah yang kurang dimasyarakatkan oleh produsen device dengan interkoneksi ini. Sebenarnya, Wi-Fi dapat melakukan koneksi point-to-point seperti Bluetooth yang diberi nama mode adhoc. Akan tetapi, karena penggunaan daya Wi-Fi yang sangat besar, mode adhoc ini jarang digunakan.
Rentan terhadap sabotaseWi-Fi hanya memiliki satu kelemahan yang sangat mengganggu. Sifat penggunaan frekuensi yang stabil ini tampaknya membuat penggunaan daya yang sangat tinggi. Dibandingkan dengan Bluetooth, Wi-Fi dapat menggunakan daya hingga sepuluh kali lipat lebih banyak. Keamanan juga menjadi masalah yang sangat penting pada Wi-Fi. Karena sifatnya yang menggunakan frekuensi stabil, Wi-Fi rentan terhadap masalah hijack atau pembajakan bandwidth.
Selain itu, kekurangan lain yang mengganggu kinerja Wi-Fi datang bukan dari Wi-Fi itu sendiri. Sifat interkoneksi yang menggunakan rentang frekuensi tetap dapat mengalami gangguan apabila terdapat interkoneksi Bluetooth yang sedang beroperasi. Karena menggunakan rentang frekuensi yang sama, maka ketika banyak interkoneksi wireless yang terjadi pada frekuensi ISM, Bluetooth dan Wi-Fi sudah pasti akan mengalami konflik.
Sekian sedikit penjelasan/sejarah tentang koneksi nirkabel,sebenarnya masih sangat luas penjelasan tentang sejarah nirkabel,namun kami hanya mampu menerang kan sampai disini saja.terima kasih.